Al bayan.co.uk Mentauhidkan Allah dalam ibadah adalah tujuan utama diciptakannya jin dan manusia:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzaariyaat: 56)
Ia juga tujuan dasar diutusnya para nabi dan rasul. Firman Allah:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu."(QS. an-Nahl: 36)
Tauhid juga merupakan nikmat terbesar yang dianugerahkan AllahAzza wa Jallakepada umat Islam. Dialah sumber kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat.
Tauhid juga merupakan sebab'ishmah/perlindungan di dunia. Dengannya jiwa dan harta seorang muslim dilindungi, sekaligus menjadi bukti'aqd/ikatan Islam padanya. Inilah makna sabda Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam:Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Laa ilaha illallah,siapa saja mengucapkanLaa ilaha illallahterpeliharalah darah dan hartanya; terkecuali kalau ada sesuatu hak Islam. Dan hisabnya diserahkan kepada Allah."(1)
Dan di akhirat, tauhid menjadi penyelamat dari api neraka. Firman AllahAzza wa Jalla:
Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. al-Maidah: 72)
Sebuah ibadah dan ketaatan hanya diterima jika dilakukan dengan ikhlas hanya karena Allah semata. Firman AllahAzza wa Jalla:
Maka
barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
dalam beribadat kepada Rabb-nya. (QS. al-Kahfi: 110)
Allah juga befirman:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi."(QS. 39:65)
Ilmu
agama yang pertama kali wajib disampaikan kepada manusia adalah tauhid.
Ketika mengutus Mu'adz Ibn Jabal ke Yaman, Rasulullah berwasiat
kepadanya:"Wahai Mu'adz, sesungguhnya kau akan mendatangi kaum Ahli
Kitab, maka hendaklah perkara yang pertama kali kau serukan adalah
beribadah kepada Allah. Bila mereka telah beriman, maka sampaikanlah
bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam."(2)
Tauhid juga perkara terakhir yang wajib dipertahankan, bila seseorang ingin meninggalkan dunia dengan selamat. Sabda Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam:"Siapa saja yang ucapan terakhirnya dari dunia adalah Laa Ilaaha Ilallaah, pastilah ia masuk surga."(3)
Oleh
karena kebahagiaan kaum mukmin di dunia dan akhirat tergantung pada
tauhid kepada Allah, maka ia menjadi kewajiban pertama yang harus
diajarkan kepadamukallaf, dan hanya dengannyalah hatinya dapat
hidup, selanjutnya hendaklah tauhid dijadikan konsep hidup sehari-hari.
Inilah tanggung jawab ulama dan du'at, yang dapat disampaikan melalui
majelis ilmu, khutbah, karya tulis, dan beraneka ragam sarana dakwah
lainnya.
Tingkat
pemahaman dan kecerdasan masing-masing orang berbeda. Karenanya,
hendaklah para da'i mengajarkan tauhid kepada kaum awam dengan metoderabbani. Metode ini telah dijelaskan oleh Ibn Abbasradhiyallahu 'anhmuasaat menafsirkan firman Allah:
Akan tetapi (dia berkata):"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."(QS. Ali Imran: 79)
Beliau berkata:"Rabbani adalah seorang yang mengajari manusia mulai dari ilmu mendasar, baru kemudian yang lebih tinggi."
Yang
dimaksud dengan dasar ilmu adalah kaidah-kaidah universal yang jelas
dan pasti. Seorang da'i harus memulai dengan kaidah-kaidah ini sebelum
masuk kepada masalah parsial yang lebih rumit.
Tidaklah
bijaksana jika seorang da'i memulai pengajaran materi akidah kepada
masyarakat awam dengan definisi, istilah-istilah ushul, perbedaan antara
sekte-sekta dalam masalah aqidah, seperti iman kepada qadha dan qadar,
asma' dan shifat, dsb. Metode ini kurang tepat, sebab:
1. Nabishallallahu 'alaihi wasallammenyuruh
kita berbicara kepada manusia sesuai kadar nalarnya. Masyarakat awam
bisanya datang ke masjid karena ingin mendengarkan mutiara nasehat
penyejuk jiwa. Adapun masalah-masalah seperti di atas biarlah menjadi
spesialisasi penuntut ilmu.
2. Mayoritas
kaum muslim lebih membutuhkan bimbingan yang dapat menghidupkan kembali
cahaya hati yang telah redup, daripada mempelajari istilah-istilah
ilmiah.
Maka hendaklah seorang alim atau da'i membedakan antara metode penyampaian kepadathalib al-ilmidengan metode penyampaian kepada masyarakat awam.
Seorang da'i harus menyadari bahwatazkiyatun nafsharus
dimulai dengan menambah tinggi volume iman di hati, sehingga dapat
mengalahkan kekuatan nafsu yang terpendam di dalamnya. Dan inilah visi
utama mayoritas da'i. Selain itu hendaklah ia berdakwah dengan
topik-topik paralel dan kontiniu, yang kesemuanya bertujuan merangkul
objek dakwah menuju pengetahuan tentang AllahTa'aladan tunduk
sepenuhnya kepada-Nya. Dengan demikian mereka akan siap menjadikan
syari'at Allah sebagai konsep hidup yang komprehensif.
Berikut ini adalah poin-poin utama sebagai pilar yang dapat dijadikan sandaran dakwah oleh para da'i:
Pertama, mendidik manusia atas manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam aqidah.
Poin ini dapat difokuskan pada beberapa pilar utama, yaitu;
1. Membatasi referensi aqidah pada Al-Qur'an dan Sunnah.
Di
antara manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah berpegang teguh kepada
Al-Qur'an dan hadits-hadits shahih. Menerima semua ajaran yang dibawa
oleh Rasulullah tanpatahrif/dostorsi,ta'thil/mengingkari ,takyif/deskripsi, dantamtsil/penyerupaan. Aqidah apa saja yang tidak dibangun di atas Al-Qur'an dan sunnah esensinya adalah sesat.
2. Memahami
nash-nash syari'at sesuai pemahaman dan penjelasan salaf ummat ini,
yakni Sahabat Rasulullah, Tabi'in, dan Tabi' at-Tabi'in.
Qatadah berkata:
Aku mendengar Abu al-Siwar meriwayatkan dari Imran Ibn al-Hushain, dari Rasulullah, beliau bersabda: "Sifat malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan."Busyair Ibn Ka'ab berkomentar:"Dalam buku hikmah disebutkan bahwa sifat malu itu membawa kewibawaan dan ketenangan."Imran langsung menimpali:"Aku sampaikan kepadamu hadits Rasulullah, kau malah menyampaikan isi kitab-kitabmu!"(4)
Tunduk kepada nash syar'i adalah karakteristik utamaahl al-iman.
Semua perintah, larangan, petunjuk, dan berita yang bersumber dari nash
syari'at harus diterima dengan penuh pengagungan, diaplikasikan tanpa
keraguan, dan diikuti secara tulus.
Pengajaran
kaidah ini kepada masyarakat akan menjaga mereka dari bahaya syubhat
dan pemikiran-pemikiran menyimpang, yang mana di era komunikasi tanpa
batas ini, setiap orang rentan terjerumus ke dalamnya.
Kedua, mengajarkan perkara tauhid pokok, di antaranya:
1. Tauhid Rububiyah.
Seorang da'i dapat memulai dengan pengenalan AllahAzza wa Jalladan
berusaha mengikat hati manusia hanya kepada-Nya. Sarana paling mudah
adalah dengan membacakan ayat-ayat yang bercerita tentang keindahan dan
kedahsyatan ciptaan Allah. Diselingi dengan ajakan tadabbur terhadap
alam semesta dan diri manusia itu sendiri, juga mengingat nikmat Allah
yang tiada batasnya.
2. Tauhid Ibadah, dan menutup semua jalur menuju kesyirikan.
Ini
adalah perkara terbesar yang menjadi tugas seluruh nabi dan rasul.
Mereka telah mengerahkan seluruh kekuatan dan umurnya demi mengajak
manusia agar mengesakan Allah dalam ibdah, bahkan sebagian mereka
disiksa dan diusir karenanya.
Poin
ini mencakup penjelasan makna ibadah dan kewajiban mengikhlaskan ibadah
hanya kepada Allah. Penjelasan tentang syirik dalam perkataan dan
perbuatan, khsusnya beberapa bentuk syirik kontemporer.
Syaikh Muhammad Khalil Harras menulis:
Tauhiduluhiyah/ibadah
adalah tingkatan tauhid paling penting lagi mulia. Syari'at memberikan
perhatian sangat tinggi terhadap tauhid ini, menghilangkan semua bentuk
pencemaran, dan mengharamkan segala sarana yang dapat meruntuhkan
pilar-pilarnya. Supaya ia tetap terjaga dan terhindar dari faktor-faktor
deviasi/penyimpangan.
Maka dilarang mengucapkan perkataan yang terkesan mensejajarkan Allah dengan makhluk-Nya, seperti"Ini karena kehendak Allah dan kehendak si Fulan."Untuk menghindari kesalahan ini, maka dianjurkan mengganti kata sambungdandengankemudian.
Kita juga dilarang mengucapkan kata-kata yang mengandung pengagungan
kepada selain Allah, seperti bersumpah atas nama selain AllahTa'ala.
Islam
juga melarang memfungsikan kuburan seperti masjid, karena ia dapat
mengantarkan kepada pengagungan berlebihan dan penyembahan. Rasulullah
bersabda:"Allah melaknat Yahudi dan Nashrani, yang telah menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid."Islam
juga melarang shalat saat terbit dan tenggelamnya matahari, agar tidak
menyerupai para penyembah matahari. Dan masih banyak lagi sarana-sarana
kesyirikan yang dilarang dalam Islam.
3. TauhidAsma'danShifat.
Pengaruh Tauhidal-Asma'danas-Sifatsangat
besar dalam hati. Maka hendaklah seorang da'i memberikan perhatian
besar terhadapnya. Al-Qur'an Al-Karim telah berbicara tentang Dzat,Asma', dan Sifat AllahAzza wa Jallasecara
eksplisit. Dalam dakwahnya, seorang da'i harus menjadikan Al-Qur'an dan
Sunnah Rasulullah sebagai referensi utama mengajari manusia tentang
maknaAsma' al-Husnadan Sifat-sifat Allah. Begitu pula pengaruh nyata pada hati dan alam.
Perlu juga dijelaskan maksud hadits:"siapa yang dapat menghitungnya maka ia masuk surga,"(5)dan
bagaimana cara beribadah kepada Allah dengannya. Berikut penjelasan
bahwa tidak dibenarkan bertanya tentang deskripsi dan karakteristik
sifat-sifat tersebut. Tugas seorang mukmin adalah mengimaninya
sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an dan al-Sunnah, tanpatahrif/dostorsi,ta'thil/mengingkari ,takyif/deskripsi , dantasybih/penyerupaan.
Salah satu manfaat terbesar dari mengetahui dan beriman kepadaAsma'Allah
adalah pemahaman yang lurus tentang maknanya, kemudian
mengejawantahkannya dengan amal nyata. Sehingga tidak sekedar menjadi
pemahaman kosong yang tidak berguna dalam kehidupan.
Pengetahuan tentangAsma'dan Sifat Allah menuntut reaksi nyata dari seorang muslim. Apa gunanya seorang muslim mengetahui bahwa Allah adalahAr-Razzaq/Maha
Pemberi rezeki, sedang ia memohon rezeki dari selain Allah? Ia tahu
bahwa Allah Maha Perkasa, dan dia mengharapkan kejayaan dari selain-Nya?
Paham bahwa Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui, tetapi ia idak
malu berbuat dosa? Yakin bahwa Allah Maha Esa, namun ia masih
menyekutukan Allah dalam ibadah dan taat?
Ibn al-Qayyim menulis:
Asma' al-HusnadanShifat al-'Ulamembutuhkan
adanya pengaruh dalam ibadah dan semua urusan, seperti pengaruh
penciptaan. Setiap sifat yang bermakna penghambaan menuntut adanya ilmu
dan pemahaman akan indikasinya, dan ini mencakup segala bentuk
penghambaan baik dalam hati maupun anggota badan. Seorang hamba harus
meyakini bahwa hanya Allah Yang Kuasa mendatangkan bahaya, manfaat,
memberi, melarang, mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan
mematikan. Keyakinan ini akan menghasilkan tawakkal dalam batin, dan
aplikasi makna tawakkal di alam nyata.
Seorang
hamba yang tahu bahwa Allah Maha Mendengar Maha Melihat, tiada yang
tersembunyi dari-Nya di langit dan di bumi. Allah juga mengetahui segala
yang nyata dan tersembunyi.Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.Semua
ini membuatnya senantiasa berusaha menjaga lisan, anggota badan, serta
siratan hatinya dari semua yang tidak diridhai Allah. Ia akan
mengarahkan lisan, jasad, dan hatinya kepada segala perbuatan yang
dicintai dan diridai oleh AllahTa'ala. Batinnya hidup bercahaya, dan ia terjauh dari semua perkara haram dan buruk.
Pengetahuannya
akan kekayaan, kedermawanan, kebaikan, dan kasih sayang Allah akan
mendorongnya untuk selalu berharap hanya kepada-Nya. Selanjutnya amal
batin dan zahirnya sejalan dengan pengetahuan tentang hal ini.
Pengetahuannya
tentang keagungan dan keperkasaan Allah, membuatnya tunduk, patuh, dan
bertambah cinta kepada-Nya, selanjutnya hal itu tercermin dalam ibadah
zahir dan batinnya. Begitu pula pengetahuannya tentang Kemahasempurnaan
dan keindahan Allah dengan semua sifat mulia-Nya, akan melahirkan cinta
sejati. Semuaubudiyah/penghambaan akhirnya kembali kepada
kandungan Asma' dan Sifat Allah, saling terikat seperti ikatan
penciptaan dan perintah Allah dengan ciptaan-Nya di dunia,semuanya
adalah manifestasi dari Asma' dan Sifat-Nya.
Seorang
da'i tidak boleh bosan menjelaskan tentang Asma' dan Sifat Allah hingga
hatinya dan hati para pendengarnya dipenuhi rasa cinta kepada Sang
Pencipta dan Pelindung mereka. Hatinya dipenuhi pengagungan, rasa takut,
sekaligus tunduk kepada Allah. Hasilnya, mereka mentaati segala
perintah dan menjauhi semua larangan tanpa keraguan sedikitpun.
Mencintai apa saja yang dicintai Allah, dan membenci semua yang dibenci
Allah. Demi Allah, jika demikian halnya, sungguh mereka telah berada
dalam nikmat besar dan hidup paling bahagia.
Kondisi mereka ini sama seperti ungkapan Ibn al-Qayyim:
Dalam
hati manusia ada kekusutan yang takkan terurai kecuali dengan kembali
kepada Allah. Ada kesepian yang tidak hilang kecuali dengan mendekatkan
diri kepada-Nya. Ada kesedihan yang hanya dapat dihilangkan dengan
kebahagianma'rifahdan bersikap tulus kepada Allah. Ada
kegelisahan yang akan ditenangkan dengan berlari menuju Allah. Ada
kekosongan yang hanya dapat diisi dengan cinta, taubat, serta dzikir
kepada Allah dengan tulus dan ikhlas. Kendati ia menutupinya dengan
dunia dan seluruh isinya, kekosongan tersebut tidak akan tertutupi.
Ketiga, Menanamkan Aqidahal-Wala'/loyalitas danal-Bara'/berlepas diri dalam jiwa manusia.
Sebab aqidahal-wala' wa al-bara'adalah
landasan dasar aqidah Islam. Artinya bahwa seseorang harus mencintai
setiap muslim yang loyal dengan aqidah Islam, dan memusuhi siapa saja
yang memusuhinya. Ia mencintaiahl at-tauhiddan loyal kepadanya, serta membenciahl asy-syirkdan memusuhinya.
Musuh-musuh Islam menyadari bahwa aqidahal-wala'danal-bara'adalah
penghalang terbesar dari terealisasinya cita-cita mereka menundukkan
ummat Islam. Lantaran itu, mereka berusaha mengikis aqidah ini dari jiwa
kaum muslim, dan memang mereka cukup berhasil. Faktanya bisa kita lihat
mayoritas kaum muslimin telah terbiasa dengan budaya kaum kuffar, baik
dalam cara berpakaian, makan, dan minum, maupun dalam perayaan hari-hari
besar agama, bahkan menjadikan sebagian mereka sebagai idola.
Artinya,
kaum muslim telah rela mengekor kepada manusia terendah dan terhina.
Padahal Allah telah meninggikan derajatnya dengan iman dan tauhid. Dan
diharapkan dengan iman dan tauhid ini muslim mampu memimpin dunia dan
menundukkannya kepada AllahTa'ala. Sebab, iman adalah sumber kebahagiaan dan kejayaan kaum muslim. Allah Ta'ala berfirman:
Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 139)
Kapan
saja seorang mukmin meninggalkan imannya, maka kehinaan dan kesedihan
akan menimpanya. Sebab, dengan iman baik dalam perkataan, perbuatan, dan
semangat niscaya Allah menjadikannya pemimpin manusia. Ini adalahsunnah ilahiyahyang takkan keliru atau salah.
Momen paling tepat untuk mengangkat temaal-wala' dan al-bara'adalah
pada saat orang-orang merayakan hari raya asing seperti Valentine, atau
Nowruz. Atau pada saat fenomena meniru-niru budaya kafir merajalela,
baik dalam pemikiran maupun mode. Perhatian terhadap aqidah ini begitu
penting, sebab ialah benteng kokoh yang dapat menjaga masyarakat muslim
agar jangan larut dalam arus budaya, pemikiran, adat, dan undang-undang
kaumkuffar.
Sungguh indah nasihat Syekh Muhammad at-Tamimi, saat beliau berkata:
Wajib
bagi seorang kepala keluarga untuk mengajari anak, istri, dan
keluarganya kecintaan dan kebencian hanya karena Allah. Loyalitas dan
permusuhan juga hanya karena Allah. Sama wajibnya dengan pelajaran
tentang wudhu' dan shalat. Sebab, keislaman seseorang tidak benar
kecuali jika shalatnya benar, dan Islamnya belum sempurna, kecuali
dengan mencintai dan membenci karena Allah semata.
Keempat, Penekanan Urgensi Merasa Bangga Dan Optimis Dengan Iman Dan Tauhid.
Seorang
muslim harus merasa bangga dengan agamanya, dan siap mengorbankan
segalanya demi membela agama, iman, dan tauhidnya. Penting untuk
digarisbawahi bahwa kaum muslim dapat berjaya hanya dengan kembali
kepada agamanya secara total, dan tidaklah mereka terpuruk kecuali saat
menjauh dari agamanya. Tema ini bisa disampaikan melalui kisah-kisah
dari Al-Qur'an maupun hadits, seperti kisahAshhab al-Ukhdud,
Seorang mukmin dari keluarga Fir'aun, juga pengorbanan dan penderitaan
Nabi beserta sahabat beliau pada fase dakwah di Makkah, dsb.
Kelima, Mengorelasikan Aqidah Dengan Prilaku.
Poin
ini sangat penting. Tugas para Nabi Allah tidak terbatas pada
penjelasan atau pengajaran aqidah, sebab pemahaman dan pengetahuan
semata tidak menghasilkan apa-apa. Akan tetapi, pemehaman tersebut harus
menjelma menjadi nurani yang tertanam di hati sanubari. Nurani tersebut
menerangi anggota tubuh, dan kemudian tercermin dalam prilaku yang
terpancar dari cahaya tauhid dalam kehidupan nyata. Sehingga prilaku
seorang muslim adalah aplikasi nyata dari syari'at Islam, yang berangkat
dari akidah dan tauhidnya.
Kedisiplinan
akhlak dan prilaku secara syar'i, tidak akan terealisasi melainkan
dengan senantiasa mengingat dampaknya di akhirat kelak berupa pahala
atau siksaan. Inilah manhaj Al-Qur'an dalam setiap perintah dan
larangan; mengorelasikan antara landasan aqidah dengan aplikasi
syari'at. AllahAzza wa Jallaberfirman:
Kecelakaan
besarlah bagi orang-orang yang curang, (1)(yaitu) orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, (2)dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka
mengurangi. (3)Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka
akan dibangkitkan, (4)pada suatu hari yang besar, (5) (QS.
al-Muthaffifin: 1-5)
Setelah
menjelaskan keharaman melakukan kecurangan dalam jual beli, perlu
kiranya dikorelasikan dengan perkara akidah yang cukup penting. Yaitu
bahwa setiap orang pasti akan dibangkitkan setelah mati, kemudian semua
amalnya akan dihitung untuk diberi ganjaran setimpal.
Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallambersabda:"Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan
tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia berbuat baik pada tetangganya. Dan barang siapa beriman
kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."(6)
Jelas
sekali kita lihat korelasi antara aqidah dan perbuatan dalam hadits di
atas. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, akan
berusaha mengaplikasikan perintah tersebut, karena mengharap balasan
dari Allah.
Inilah
metode Al-Qur'an dan Sunnah Nabawiyah dalam melakukan perbaikan.
Deviasi dalam akhlak dan etika masyarakat dapat diatasi dengan
merealisasikan tauhid dan kepatuhan secara penuh kepada AllahAzza wa Jalla. Tunduk kepada perintah-Nya, mengagungkan syari'at-Nya, dan siap menjadikan syari'at sebagai konsep hidupnya.
Nasihat terakhir bagi para da'i dan pengajar ilmu tauhid;
Perkara
akidah tidak hanya terbatas pada bidang ilmiah tertentu. Melainkan ia
adalah energi hidup dan kekuatan dinamis. Karenanya Allah
mengumpamakannya seperti sebuah pohon baik, akarnya dalam terhunjam,
buahnya lebat, dan daun-daunnya begitu rindang:
Tidakkah
kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit,(24)pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Rabbnya. (QS. Ibrahim; 24-25)
Kalimat yang baik adalah kalimat tauhid;Laa Ilaaha Illallaah,
akarnya menghunjam kuat di hati seorang mukmin dengan ilmu dan yakin.
Pohon ini mempunyai cabang yang rindang dan berbuah perkataanbaik, amal
shaleh, akhlak serta adab mulia.
Akidah
adalah kebutuhan primer, yang mengalahkan kebutuhan lainnya. Sebab,
tiada kebahagiaan bagi hati dan tiada kesenangan kecuali dengan
menyembah Allah Sang Penciptanya.
Mendakwahi
manusia kepada aplikasi tauhid dalam perkataan dan perbuatan, serta
menamkannya dalam hati, dan merealisasikannya dalam ibadah dan akhlak,
adalah satu-satunya jalan menuju kemenangan kaum muslim atas
musuh-musuhnya. Dengannya keagungan dan kejayaan islam dapat kembali
diraih, dan kaum muslim kembali memimpin dan menundukkandunia agar hanya
menyembah AllahTa'ala, tiada sekutu bagi-Nya.
Tanggung
jawab para da'i sungguh sangat berat. Mereka harus berjuang
mengembalikan energi hidup materi aqidah, dan mengembalikan fungsinya
sebagaimana sedia kala; menjadi cahaya penerang dan ruh kehidupan bagi
ummat Islam.
Wallahu A'lam
_________________________
(1) HR. Bukhari, no. 1400, Muslim, no. 20.
(2) HR. Bukhari, no. 1425.
(3) HR. Abu Dawud, no. 3116. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahih.
(4) HR. Bukhari, no. 6117, Muslim, no. 60.
(5) HR. Bukhari, no. 2736, Muslim, no. 6, 2677.
(6) HR. Bukhari, no. 6018, 6136, 6475, Muslim, no. 47.
0 komentar:
Posting Komentar