Pages

 

Kamis, 13 Juni 2013

Mengajarkan Aqidah dengan Metode Rabbani

0 komentar
Al bayan.co.uk Mentauhidkan Allah dalam ibadah adalah tujuan utama diciptakannya jin dan manusia:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzaariyaat: 56)
Ia juga tujuan dasar diutusnya para nabi dan rasul. Firman Allah:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut  itu."(QS. an-Nahl: 36)
Tauhid juga merupakan nikmat terbesar yang dianugerahkan AllahAzza wa Jallakepada umat Islam. Dialah sumber kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat.
Tauhid juga merupakan sebab'ishmah/perlindungan di dunia. Dengannya jiwa dan harta seorang muslim dilindungi, sekaligus menjadi bukti'aqd/ikatan Islam padanya. Inilah makna sabda Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam:Aku diperintah untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan Laa ilaha illallah,siapa saja mengucapkanLaa ilaha illallahterpeliharalah darah dan hartanya; terkecuali kalau ada sesuatu hak Islam. Dan hisabnya diserahkan kepada Allah."(1)
Dan di akhirat, tauhid menjadi penyelamat dari api neraka. Firman AllahAzza wa Jalla:
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. al-Maidah: 72)
Sebuah ibadah dan ketaatan hanya diterima jika dilakukan dengan ikhlas hanya karena Allah semata. Firman AllahAzza wa Jalla:
Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya. (QS. al-Kahfi: 110)
Allah juga befirman:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelummu:"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi."(QS. 39:65)
Ilmu agama yang pertama kali wajib disampaikan kepada manusia adalah tauhid. Ketika mengutus Mu'adz Ibn Jabal ke Yaman, Rasulullah berwasiat kepadanya:"Wahai Mu'adz, sesungguhnya kau akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah perkara yang pertama kali kau serukan adalah beribadah kepada Allah. Bila mereka telah beriman, maka sampaikanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam."(2)
Tauhid juga perkara terakhir yang wajib dipertahankan, bila seseorang ingin meninggalkan dunia dengan selamat. Sabda Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam:"Siapa saja yang ucapan terakhirnya dari dunia adalah Laa Ilaaha Ilallaah, pastilah ia masuk surga."(3)
Oleh karena kebahagiaan kaum mukmin di dunia dan akhirat tergantung pada tauhid kepada Allah, maka ia menjadi kewajiban pertama yang harus diajarkan kepadamukallaf, dan hanya dengannyalah hatinya dapat hidup, selanjutnya hendaklah tauhid dijadikan konsep hidup sehari-hari. Inilah tanggung jawab ulama dan du'at, yang dapat disampaikan melalui majelis ilmu, khutbah, karya tulis, dan beraneka ragam sarana dakwah lainnya.
Tingkat pemahaman dan kecerdasan masing-masing orang berbeda. Karenanya, hendaklah para da'i mengajarkan tauhid kepada kaum awam dengan metoderabbani. Metode ini telah dijelaskan oleh Ibn Abbasradhiyallahu 'anhmuasaat menafsirkan firman Allah:
Akan tetapi (dia berkata):"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani , karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya."(QS. Ali Imran: 79)
Beliau berkata:"Rabbani adalah seorang yang mengajari manusia mulai dari ilmu mendasar, baru kemudian yang lebih tinggi."
Yang dimaksud dengan dasar ilmu adalah kaidah-kaidah universal yang jelas dan pasti. Seorang da'i harus memulai dengan kaidah-kaidah ini sebelum masuk kepada masalah parsial yang lebih rumit.
Tidaklah bijaksana jika seorang da'i memulai pengajaran materi akidah kepada masyarakat awam dengan definisi, istilah-istilah ushul, perbedaan antara sekte-sekta dalam masalah aqidah, seperti iman kepada qadha dan qadar, asma' dan shifat, dsb. Metode ini kurang tepat, sebab:
1.            Nabishallallahu 'alaihi wasallammenyuruh kita berbicara kepada manusia sesuai kadar nalarnya. Masyarakat awam bisanya datang ke masjid karena ingin mendengarkan mutiara nasehat penyejuk jiwa. Adapun masalah-masalah seperti di atas biarlah menjadi spesialisasi penuntut ilmu. 
2.            Mayoritas kaum muslim lebih membutuhkan bimbingan yang dapat menghidupkan kembali cahaya hati yang telah redup, daripada mempelajari istilah-istilah ilmiah.
Maka hendaklah seorang alim atau da'i membedakan antara metode penyampaian kepadathalib al-ilmidengan metode penyampaian kepada masyarakat awam.
Seorang da'i harus menyadari bahwatazkiyatun nafsharus dimulai dengan menambah tinggi volume iman di hati, sehingga dapat mengalahkan kekuatan nafsu yang terpendam di dalamnya. Dan inilah visi utama mayoritas da'i. Selain itu hendaklah ia berdakwah dengan topik-topik paralel dan kontiniu, yang kesemuanya bertujuan merangkul objek dakwah menuju pengetahuan tentang AllahTa'aladan tunduk sepenuhnya kepada-Nya. Dengan demikian mereka akan siap menjadikan syari'at Allah sebagai konsep hidup yang komprehensif.
Berikut ini adalah poin-poin utama sebagai pilar yang dapat dijadikan sandaran dakwah oleh para da'i:
Pertama, mendidik manusia atas manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam aqidah.
Poin ini dapat difokuskan pada beberapa pilar utama, yaitu;
1.            Membatasi referensi aqidah pada Al-Qur'an dan Sunnah.
Di antara manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan hadits-hadits shahih. Menerima semua ajaran yang dibawa oleh Rasulullah tanpatahrif/dostorsi,ta'thil/mengingkari ,takyif/deskripsi, dantamtsil/penyerupaan. Aqidah apa saja yang tidak dibangun di atas Al-Qur'an dan sunnah esensinya adalah sesat.
2.            Memahami nash-nash syari'at sesuai pemahaman dan penjelasan salaf ummat ini, yakni Sahabat Rasulullah, Tabi'in, dan Tabi' at-Tabi'in.
Qatadah berkata:         
Aku mendengar Abu al-Siwar meriwayatkan dari Imran Ibn al-Hushain, dari Rasulullah, beliau bersabda: "Sifat malu tidak mendatangkan kecuali kebaikan."Busyair Ibn Ka'ab berkomentar:"Dalam buku hikmah disebutkan bahwa sifat malu itu membawa kewibawaan dan ketenangan."Imran langsung menimpali:"Aku sampaikan kepadamu hadits Rasulullah, kau malah menyampaikan isi kitab-kitabmu!"(4)
Tunduk kepada nash syar'i adalah karakteristik utamaahl al-iman. Semua perintah, larangan, petunjuk, dan berita yang bersumber dari nash syari'at harus diterima dengan penuh pengagungan, diaplikasikan tanpa keraguan, dan diikuti secara tulus.
Pengajaran kaidah ini kepada masyarakat akan menjaga mereka dari bahaya syubhat dan pemikiran-pemikiran menyimpang, yang mana di era komunikasi tanpa batas ini, setiap orang rentan terjerumus ke dalamnya.
Kedua, mengajarkan perkara tauhid pokok, di antaranya:
1.            Tauhid Rububiyah.
Seorang da'i dapat memulai dengan pengenalan AllahAzza wa Jalladan berusaha mengikat hati manusia hanya kepada-Nya. Sarana paling mudah adalah dengan membacakan ayat-ayat yang bercerita tentang keindahan dan kedahsyatan ciptaan Allah. Diselingi dengan ajakan tadabbur terhadap alam semesta dan diri manusia itu sendiri, juga mengingat nikmat Allah yang tiada batasnya.
2.            Tauhid Ibadah, dan menutup semua jalur menuju kesyirikan.
Ini adalah perkara terbesar yang menjadi tugas seluruh nabi dan rasul. Mereka telah mengerahkan seluruh kekuatan dan umurnya demi mengajak manusia agar mengesakan Allah dalam ibdah, bahkan sebagian mereka disiksa dan diusir karenanya.
Poin ini mencakup penjelasan makna ibadah dan kewajiban mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah. Penjelasan tentang syirik dalam perkataan dan perbuatan, khsusnya beberapa bentuk syirik kontemporer.
Syaikh Muhammad Khalil Harras menulis:
Tauhiduluhiyah/ibadah adalah tingkatan tauhid paling penting lagi mulia. Syari'at memberikan perhatian sangat tinggi terhadap tauhid ini, menghilangkan semua bentuk pencemaran, dan mengharamkan segala sarana yang dapat meruntuhkan pilar-pilarnya. Supaya ia tetap terjaga dan terhindar dari faktor-faktor deviasi/penyimpangan. 
Maka dilarang mengucapkan perkataan yang terkesan mensejajarkan Allah dengan makhluk-Nya, seperti"Ini karena kehendak Allah dan kehendak si Fulan."Untuk menghindari kesalahan ini, maka dianjurkan mengganti kata sambungdandengankemudian. Kita juga dilarang mengucapkan kata-kata yang mengandung pengagungan kepada selain Allah, seperti bersumpah atas nama selain AllahTa'ala.
Islam juga melarang memfungsikan kuburan seperti masjid, karena ia dapat mengantarkan kepada pengagungan berlebihan dan penyembahan. Rasulullah bersabda:"Allah melaknat Yahudi dan Nashrani, yang telah menjadikan kuburan nabi mereka sebagai masjid."Islam juga melarang shalat saat terbit dan tenggelamnya matahari, agar tidak menyerupai para penyembah matahari. Dan masih banyak lagi sarana-sarana kesyirikan yang dilarang dalam Islam.
3.            TauhidAsma'danShifat.
Pengaruh Tauhidal-Asma'danas-Sifatsangat besar dalam hati. Maka hendaklah seorang da'i memberikan perhatian besar terhadapnya. Al-Qur'an Al-Karim telah berbicara tentang Dzat,Asma', dan Sifat AllahAzza wa Jallasecara eksplisit. Dalam dakwahnya, seorang da'i harus menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai referensi utama mengajari manusia tentang maknaAsma' al-Husnadan Sifat-sifat Allah. Begitu pula pengaruh nyata pada hati dan alam.
Perlu juga dijelaskan maksud hadits:"siapa yang dapat menghitungnya maka ia masuk surga,"(5)dan bagaimana cara beribadah kepada Allah dengannya. Berikut penjelasan bahwa tidak dibenarkan bertanya tentang deskripsi dan karakteristik sifat-sifat tersebut. Tugas seorang mukmin adalah mengimaninya sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an dan al-Sunnah, tanpatahrif/dostorsi,ta'thil/mengingkari ,takyif/deskripsi , dantasybih/penyerupaan.
Salah satu manfaat terbesar dari mengetahui dan beriman kepadaAsma'Allah adalah pemahaman yang lurus tentang maknanya, kemudian mengejawantahkannya dengan amal nyata. Sehingga tidak sekedar menjadi pemahaman kosong yang tidak berguna dalam kehidupan. 
Pengetahuan tentangAsma'dan Sifat Allah menuntut reaksi nyata dari seorang muslim. Apa gunanya seorang muslim mengetahui bahwa Allah adalahAr-Razzaq/Maha Pemberi rezeki, sedang ia memohon rezeki dari selain Allah? Ia tahu bahwa Allah Maha Perkasa, dan dia mengharapkan kejayaan dari selain-Nya? Paham bahwa Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui, tetapi ia idak malu berbuat dosa? Yakin bahwa Allah Maha Esa, namun ia masih menyekutukan Allah dalam ibadah dan taat?
Ibn al-Qayyim menulis:
Asma' al-HusnadanShifat al-'Ulamembutuhkan adanya pengaruh dalam ibadah dan semua urusan, seperti pengaruh penciptaan. Setiap sifat yang bermakna penghambaan menuntut adanya ilmu dan pemahaman akan indikasinya, dan ini mencakup segala bentuk penghambaan baik dalam hati maupun anggota badan. Seorang hamba harus meyakini bahwa hanya Allah Yang Kuasa mendatangkan bahaya, manfaat, memberi, melarang, mencipta, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan. Keyakinan ini akan menghasilkan tawakkal dalam batin, dan aplikasi makna tawakkal di alam nyata.
Seorang hamba yang tahu bahwa Allah Maha Mendengar Maha Melihat, tiada yang tersembunyi dari-Nya di langit dan di bumi. Allah juga mengetahui segala yang nyata dan tersembunyi.Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.Semua ini membuatnya senantiasa berusaha menjaga lisan, anggota badan, serta siratan hatinya dari semua yang tidak diridhai Allah. Ia akan mengarahkan lisan, jasad, dan hatinya kepada segala perbuatan yang dicintai dan diridai oleh AllahTa'ala. Batinnya hidup bercahaya, dan ia terjauh dari semua perkara haram dan buruk.
Pengetahuannya akan kekayaan, kedermawanan, kebaikan, dan kasih sayang Allah akan mendorongnya untuk selalu berharap hanya kepada-Nya. Selanjutnya amal batin dan zahirnya sejalan dengan pengetahuan tentang hal ini.
Pengetahuannya tentang keagungan dan keperkasaan Allah, membuatnya tunduk, patuh, dan bertambah cinta kepada-Nya, selanjutnya hal itu tercermin dalam ibadah zahir dan batinnya. Begitu pula pengetahuannya tentang Kemahasempurnaan dan keindahan Allah dengan semua sifat mulia-Nya, akan melahirkan cinta sejati. Semuaubudiyah/penghambaan akhirnya kembali kepada kandungan Asma' dan Sifat Allah, saling terikat seperti ikatan penciptaan dan perintah Allah dengan ciptaan-Nya di dunia,semuanya adalah manifestasi dari Asma' dan Sifat-Nya.
Seorang da'i tidak boleh bosan menjelaskan tentang Asma' dan Sifat Allah hingga hatinya dan hati para pendengarnya dipenuhi rasa cinta kepada Sang Pencipta dan Pelindung mereka. Hatinya dipenuhi pengagungan, rasa takut, sekaligus tunduk kepada Allah. Hasilnya, mereka mentaati segala perintah dan menjauhi semua larangan tanpa keraguan sedikitpun. Mencintai apa saja yang dicintai Allah, dan membenci semua yang dibenci Allah. Demi Allah, jika demikian halnya, sungguh mereka telah berada dalam nikmat besar dan hidup paling bahagia.
Kondisi mereka ini sama seperti ungkapan Ibn al-Qayyim:
Dalam hati manusia ada kekusutan yang takkan terurai kecuali dengan kembali kepada Allah. Ada kesepian yang tidak hilang kecuali dengan mendekatkan diri kepada-Nya. Ada kesedihan yang hanya dapat dihilangkan dengan kebahagianma'rifahdan bersikap tulus kepada Allah. Ada kegelisahan yang akan ditenangkan dengan berlari menuju Allah. Ada kekosongan yang hanya dapat diisi dengan cinta, taubat, serta dzikir kepada Allah dengan tulus dan ikhlas. Kendati ia menutupinya dengan dunia dan seluruh isinya, kekosongan tersebut tidak akan tertutupi.
Ketiga, Menanamkan Aqidahal-Wala'/loyalitas danal-Bara'/berlepas diri dalam jiwa manusia.
Sebab aqidahal-wala' wa al-bara'adalah landasan dasar aqidah Islam. Artinya bahwa seseorang harus mencintai setiap muslim yang loyal dengan aqidah Islam, dan memusuhi siapa saja yang memusuhinya. Ia mencintaiahl at-tauhiddan loyal kepadanya, serta membenciahl asy-syirkdan memusuhinya.
Musuh-musuh Islam menyadari bahwa aqidahal-wala'danal-bara'adalah penghalang terbesar dari terealisasinya cita-cita mereka menundukkan ummat Islam. Lantaran itu, mereka berusaha mengikis aqidah ini dari jiwa kaum muslim, dan memang mereka cukup berhasil. Faktanya bisa kita lihat mayoritas kaum muslimin telah terbiasa dengan budaya kaum kuffar, baik dalam cara berpakaian, makan, dan minum, maupun dalam perayaan hari-hari besar agama, bahkan menjadikan sebagian mereka sebagai idola.
Artinya, kaum muslim telah rela mengekor kepada manusia terendah dan terhina. Padahal Allah telah meninggikan derajatnya dengan iman dan tauhid. Dan diharapkan dengan iman dan tauhid ini muslim mampu memimpin dunia dan menundukkannya kepada AllahTa'ala. Sebab, iman adalah sumber kebahagiaan dan kejayaan kaum muslim. Allah Ta'ala berfirman:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 139)
Kapan saja seorang mukmin meninggalkan imannya, maka kehinaan dan kesedihan akan menimpanya. Sebab, dengan iman baik dalam perkataan, perbuatan, dan semangat niscaya Allah menjadikannya pemimpin manusia. Ini adalahsunnah ilahiyahyang takkan keliru atau salah.
Momen paling tepat untuk mengangkat temaal-wala' dan al-bara'adalah pada saat orang-orang merayakan hari raya asing seperti Valentine, atau Nowruz. Atau pada saat fenomena meniru-niru budaya kafir merajalela, baik dalam pemikiran maupun mode. Perhatian terhadap aqidah ini begitu penting, sebab ialah benteng kokoh yang dapat menjaga masyarakat muslim agar jangan larut dalam arus budaya, pemikiran, adat, dan undang-undang kaumkuffar.
Sungguh indah nasihat Syekh Muhammad at-Tamimi, saat beliau berkata:
Wajib bagi seorang kepala keluarga untuk mengajari anak, istri, dan keluarganya kecintaan dan kebencian hanya karena Allah. Loyalitas dan permusuhan juga hanya karena Allah. Sama wajibnya dengan pelajaran tentang wudhu' dan shalat. Sebab, keislaman seseorang tidak benar kecuali jika shalatnya benar, dan Islamnya belum sempurna, kecuali dengan mencintai dan membenci karena Allah semata.
Keempat, Penekanan Urgensi Merasa Bangga Dan Optimis Dengan Iman Dan Tauhid.
Seorang muslim harus merasa bangga dengan agamanya, dan siap mengorbankan segalanya demi membela agama, iman, dan tauhidnya. Penting untuk digarisbawahi bahwa kaum muslim dapat berjaya hanya dengan kembali kepada agamanya secara total, dan tidaklah mereka terpuruk kecuali saat menjauh dari agamanya. Tema ini bisa disampaikan melalui kisah-kisah dari Al-Qur'an maupun hadits, seperti kisahAshhab al-Ukhdud, Seorang mukmin dari keluarga Fir'aun, juga pengorbanan dan penderitaan Nabi beserta sahabat beliau pada fase dakwah di Makkah, dsb.
Kelima, Mengorelasikan Aqidah Dengan Prilaku.
Poin ini sangat penting. Tugas para Nabi Allah tidak terbatas pada penjelasan atau pengajaran aqidah, sebab pemahaman dan pengetahuan semata tidak menghasilkan apa-apa. Akan tetapi, pemehaman tersebut harus menjelma menjadi nurani yang tertanam di hati sanubari. Nurani tersebut menerangi anggota tubuh, dan kemudian tercermin dalam prilaku yang terpancar dari cahaya tauhid dalam kehidupan nyata. Sehingga prilaku seorang muslim adalah aplikasi nyata dari syari'at Islam, yang berangkat dari akidah dan tauhidnya.
Kedisiplinan akhlak dan prilaku secara syar'i, tidak akan terealisasi melainkan dengan senantiasa mengingat dampaknya di akhirat kelak berupa pahala atau siksaan. Inilah manhaj Al-Qur'an dalam setiap perintah dan larangan; mengorelasikan antara landasan aqidah dengan aplikasi syari'at. AllahAzza wa Jallaberfirman:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (1)(yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, (2)dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (3)Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, (4)pada suatu hari yang besar, (5) (QS. al-Muthaffifin: 1-5)
Setelah menjelaskan keharaman melakukan kecurangan dalam jual beli, perlu kiranya dikorelasikan dengan perkara akidah yang cukup penting. Yaitu bahwa setiap orang pasti akan dibangkitkan setelah mati, kemudian semua amalnya akan dihitung untuk diberi ganjaran setimpal.
Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallambersabda:"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik pada tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam."(6)
Jelas sekali kita lihat korelasi antara aqidah dan perbuatan dalam hadits di atas. Orang yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir, akan berusaha mengaplikasikan perintah tersebut, karena mengharap balasan dari Allah.
Inilah metode Al-Qur'an dan Sunnah Nabawiyah dalam melakukan perbaikan. Deviasi dalam akhlak dan etika masyarakat dapat diatasi dengan merealisasikan tauhid dan kepatuhan secara penuh kepada AllahAzza wa Jalla. Tunduk kepada perintah-Nya, mengagungkan syari'at-Nya, dan siap menjadikan syari'at sebagai konsep hidupnya.
Nasihat terakhir bagi para da'i dan pengajar ilmu tauhid;
Perkara akidah tidak hanya terbatas pada bidang ilmiah tertentu. Melainkan ia adalah energi hidup dan kekuatan dinamis. Karenanya Allah mengumpamakannya seperti sebuah pohon baik, akarnya dalam terhunjam, buahnya lebat, dan daun-daunnya begitu rindang:
Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,(24)pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. (QS. Ibrahim; 24-25)
Kalimat yang baik adalah kalimat tauhid;Laa Ilaaha Illallaah, akarnya menghunjam kuat di hati seorang mukmin dengan ilmu dan yakin. Pohon ini mempunyai cabang yang rindang dan berbuah perkataanbaik, amal shaleh, akhlak serta adab mulia.
Akidah adalah kebutuhan primer, yang mengalahkan kebutuhan lainnya. Sebab, tiada kebahagiaan bagi hati dan tiada kesenangan kecuali dengan menyembah Allah Sang Penciptanya.
Mendakwahi manusia kepada aplikasi tauhid dalam perkataan dan perbuatan, serta menamkannya dalam hati, dan merealisasikannya dalam ibadah dan akhlak, adalah satu-satunya jalan menuju kemenangan kaum muslim atas musuh-musuhnya. Dengannya keagungan dan kejayaan islam dapat kembali diraih, dan kaum muslim kembali memimpin dan menundukkandunia agar hanya menyembah AllahTa'ala, tiada sekutu bagi-Nya.
Tanggung jawab para da'i sungguh sangat berat. Mereka harus berjuang mengembalikan energi hidup materi aqidah, dan mengembalikan fungsinya sebagaimana sedia kala; menjadi cahaya penerang dan ruh kehidupan bagi ummat Islam.
Wallahu A'lam
_________________________
(1) HR. Bukhari, no. 1400, Muslim, no. 20.
(2) HR. Bukhari, no. 1425.
(3) HR. Abu Dawud, no. 3116. Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini shahih.
(4) HR. Bukhari, no. 6117, Muslim, no. 60.
(5) HR. Bukhari, no. 2736, Muslim, no. 6, 2677.
(6) HR. Bukhari, no. 6018, 6136, 6475, Muslim, no. 47.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Read more: http://www.bum1.info/2012/04/cara-membuat-navigasi-paging-halaman.html#ixzz1rc16orji