Ditulis untuk menyambut Launching Hasanuddin Qur'an Community
(Komunitas Pecinta dan Penghafal Al-Qur'an Universitas Hasanuddin)
(Komunitas Pecinta dan Penghafal Al-Qur'an Universitas Hasanuddin)
Lintasan sejarah telah menampilkan
tokoh-tokoh dengan goresan pena yang mampu membawa perubahan besar dalam
sejarah kemanusiaan. Diantaranya kita menengenal Plato dengan Republic-nya yang telah menetapkan dasar-dasar
politik bagi peradaban Barat yang masih berpengaruh hingga kini, disana juga
ada nama Isaac Newton dengan karyanya Principia
mathematica yang menjadi basis bagi pengembangan Sains dan Teknologi. tak
lupa pula Sang Begawan Ekonomi Klasik Adam Smith yang menulis The Wealth of Nation yang merupakan
pondasi bagi sistem ekonomi dan ideologi Kapitalis yang mendominasi saat ini. Micheal
Hart telah menempatkan nama-nama orang-orang diatas sebagai bagian dari 100
manusia paling berpengaruh dipanggung sejarah dunia.
Hampir dari Kita semua mengetahui
bahwa Michel Hart Penulis buku The 100 menempatkan
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam sebagai manusia paling berpengaruh di Dunia, bahkan meski tanpa
pengakuan itu sekalipun kita tetap mengimani bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah rahmatan lil Alamin. Jika para
tokoh-tokoh yang telah kita sebutkan diatas hadir beserta Magnum Opus-nya masing-masing untuk membawa perubahan besar tehadap
kondisi ekonomi, politik dan sains yang
pada tahapan selanjutnya mempengaruhi kondisi sosial dalam kehidupan ummat manusia. Maka tentu patut bagi kita untuk memahami
bagaimana Al-Qur’an sebagai Kitab yang
diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam yang merupakan Kalamullah
memberikan pengaruh serta mengetahui bagaimana kemukjizatan Al-Qur’an telah
membawa perubahan yang begitu luar biasa dan sulit untuk dicari tandingannya
sepanjang sejarah peradaban manusia.
Jazirah Arab, padang tandus yang berpasir
dan berbatu, Di abad ke 6 Masehi merupakan wilayah yang dihuni oleh bangsa arab
yang hidup dalam suasana primordialisme. Suku-suku saling serang, berperang
dan memperebutkan pengaruh atas nama kehormatan klan. Dari sisi moral minuman
keras menjadi hal biasa, model-model perkawinan yang diluar akal sehat telah membudaya.
Transaksi-transaksi ribawi yang dikontrol oleh kaum Yahudi begitu merajalela,
Mengalir di nadi dan mencekik
kerongkongan perekonomian bangsa arab yang didominasi oleh perdagangan. Dan
yang paling menyedihkan jejak risalah tauhid yang dibawah oleh Khalilullah Ibrahim Alaihis Salam seakan hilang termakan oleh budaya syirik
penyembahan berhala-berhala yang tak dapat berbuat apa-apa. Hal ini sekaligus menjadi puncak kejahiliyaan
saat itu. Patut dipahami bahwa kejahiliyaan-kejahiliyaan ini tidak hanya
terjadi di Jazirah Arab. Namun juga menyelimuti seluruh permukaan bumi yang
dihuni manusia pada masa itu. Hanya saja perseteruaan dan perpecahan suku-suku
arab yang telah sampai pada tingkat kronis menjadikan mereka sama sekali tidak
memiliki nilai dalam pentas peradabaan saat itu yang diwarnai oleh perseteruan
dua Imperium raksasa Kekisraan Persia
dan kekaisaran Romawi.
“Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka kitab dan Hikmah (As-Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” (QS-Al-Jumu’ah [62]: 2)
Allah Tabaraka wa Ta’ala berkehendak mengangkat kejahiliyaan pada diri ummat
manusia dengan mengutus seorang Nabi ditengah-tengah bangsa Arab yang Ummi, yang mengajarkan mereka Al-Kitab,
Yakni Al-Qur’an dan Memahamkan mereka dengan Hikmah, Yakni As-Sunnah, Membimbing
mereka dengan Qudwah. Dan
mengantarkan mereka dari kesesatan yang nyata menuju petunjuk dan kebenaran
yang terang benderang.
Al-Qur’an dengan gaya sastra yang
memukau dan tak ada tandingannya mengajak manusia kepada Tauhid, hidup dalam
keindahan Syari’at Allah Subhanahu wa
Ta’ala berupa perintah dan larangan yang kongkrit, serta berisi
kisah-kisah yang menjadi nasehat yang berharga bagi manusia dengan penyampaian
dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam yang penuh hikmah, telah menggerakkan bangsa Arab dari lumpur kebodohan
menuju kemuliaan ilmu Islam, dari bangsa yang sebelumnya tidak diperhitungkan,
dengan cepat bagai arus tsunami menggebrak tembok peradaban dan hanya dalam waktu
tidak lebih dari 23 tahun Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam dan para Sahabatnya Radhiaallahu
Anhu Ajmain telah membimbing seluruh Jazirah Arab diatas risalah keimanan,
Menyampaikan ajakan kebenaran kepada seluruh penjuru, termasuk Persia dan
Romawi. Dan hanya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad sejak
diturunkannya Ayat pertama dari
Al-Qur’an. Keadilan Islam meruntuhkan begitu banyak kekuasaan Tiran yang zhalim
dan Risalah Tauhid telah mengalir disisi aliran sungai Talas di
Perbatasan Cina dan menyeruak hingga bibir pantai Atlantik di Maghrib Afrika.
Al-Qur’an menjadi sumber ilmu
pengetahuan yang digali diatas nilai-nilai keilahian, Bahasa Arab sebagai bahasa
Al-Qur’an secara otomatis menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Dengan Ayat
pertamanya yakni Iqra Bismi Rabbika “Bacalah
dengan nama Tuhanmu”, menjadi pembukaan yang sempurna untuk memulai sebuah
budaya intelektual yang beradab. Al-Qur’an telah menginspirasi pengembangan
berbagai macam disiplin keilmuan. Ilmu
pengetahuan yang digali melalui sumber yang murni yakni Al-Qur’an dan
penjelasan yang suci dari Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam telah Melahirkan sebuah jaringan kebudayaan intelektual
yang universal yang berasaskan pada kebenaran, terbuka bagi seluruh pihak dari
bangsa dan kelompok manapun yang ingin menelaah dan mengambil manfaat darinya.
Dari sisi Sosial, Ekonomi, Politik
& Kebudayaan, pemahaman akan Al-Qur’an oleh para As-Salafush shalih telah mewujudkan Landasan Aqidah, Ibadah, dan
Akhlak yang kuat dan hal tersebut menjadi dasar yang digunakan dalam interaksi
sesama manusia yang begitu memukau, kita menemukan begitu banyak sejarah yang
memaparkan bagaimana keagungan akhlak para pendahulu kita yang shaleh dalam kehidupan
bermasyarakat.
Teori sosial Qur’ani dibangun diatas dasar Keimanan,
Cinta, dan Persaudaraan. Hal inilah yang mampu menyatukan ummat manusia dan
bangsa arab secara khusus pada masa awal turunnya Al-Qur’an
untuk berjuang diatas jalan kebenaran dari keadaan sebelumnya yang
bercerai-berai diatas lorong-lorong buntu kejahiliyaan.
Landasan gerak bagi kehidupan sosial
yang ditawarkan Islam. Tentu berbebeda dengan Landasan gerak sosial berdasarkan “Pertarungan antar Kelas” yang dijajakan oleh kaum Sosialis
ataukah landasan Pengejaran keuntungan duniawi sebesar-besarnya oleh penganut Utilitirianisme
dan Kapitalisme. Sangat Berbeda, Layaknya
perbedaan Surga dan Neraka. Jika Islam menawarkan keimanan, Cinta, dan
Persaudaraan, sebaliknya ideologi-ideologi diatas menawarkan. Ateisme,
Kebencian antar kelas sosial, dan permusuhan. Saat Sistem Islam menawarkan
Ta’awun yakni saling tolong-menolong dan mengasihi antara sesama manusia,
Sistem-sistem tersebut malah melakukan eksploitasi diluar batas kemanusiaan
terhadap pihak-pijak tertentu. Ketika Islam menganjurkan Si kaya membantu Si
miskin, Laki-laki dan perempuan saling mencintai, Pemerintah dan Rakyat saling
menasehati dalam keadilan dan kebaikan, kaum liberalis dan kiri malah memanasi
agar mereka bertarung, memperebutkan posisi dan Hagemoni, Saling mencaci-maki.
Jelaslah sudah keindahan konsep sosial
yang ditawarkan Al-Qur’an. Dimana seluruh manusia, berapapun hartanya, apapun
ras, suku, bangsa dan kelompoknya semua setara dari sisi sosial, Allah Subhanahu wa Ta’ala. menilai manusia
berdasarkan derajat ketakwaannya. Dan hal ini bukan hanya ilusi, utopia yang
didongengkan oleh para ilusionis. Kehidupan berdasarkan konsep Al-Qur’an telah
terealisasi dimasa puncak peradaban yang pernah dikenal oleh ummat ini yakni
dimasa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam hidup Bersama para Sahabatnya Radhiallahu Anhu Ajmain, Hal ini
bukan diukur oleh limpahan materi pemuas syahwat ataukah bangunan-bangunan
megah yang membuat angkuh. Akan tetapi Puncak peradaban Islam pada masa
tersebut diukur atas nilai-nilai keilahian yang terimplementasi secara menyeluruh,
Kemanusiaan yang dijalankan secara utuh, Warisan ilmu yang bermutu, Sumbangan
atas peradaban yang dialirkan oleh para
pendahulu dan manfaatnya dirasakan oleh manusia yng berada disepanjang alirannya
hingga yang kelak mereka yang ada penghilir.
Ide Perubahan yang terdapat dalam
al-Qur’an adalah untuk mengajak manusia kembali kepada fitrahnya, yakni
memurnikan Ibadah hanya kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala.. Menjadikan Tauhid satu semata-mata hanya untuk-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang
menyampaikan Al-Qur’an membimbing manusia agar mampu memaksimalkan seluruh potensinya,
akal, perasaan, dan Panca indra untuk mampu mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. dengan memahami ayat-ayat-Nya. Al-Qur’an
membimbing akal manusia untuk mampu berfikir merdeka diatas cahaya pentunjuk wahyu.
Semua harus dibangun diatas ilmu, utamanya ilmu Syari’at yang bersumber dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagaimana yang dipahami oleh generasi terbaik ummat
ini. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam melarang pengikutnya untuk bertaqlid buta yang pada akhirnya akan
mengakibatkan kejumudan berfikir yang berakibat negatif bagi proses kebangkitan
Islam.
Para ulama bersepakat bahwa hal
pertama yang harus dilakukan dalam perjalananan menuju kebangkitan Islam adalah
mendekatkan ummat ini kepada Al-Qur’an. Dan sejarah telah membuktikan bagaimana
Bangsa Arab yang sama sekali tidak dipandang oleh bangsa-bangsa disekitar laut tengah
dan teluk arab secara cepat dan mengejutkan menjadi bangsa yang disegani
oleh dunia dimasa kepemimpinan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam dan para Khulafurrasyidin. Tidak lain dan tidak bukan
karena Rasulullah membimbing mereka dengan Al-Qur’an dan penjelasannya berupa
Sunnah beliau. Maka tak ada jalan lain yang dapat kita tempuh guna mewujudkan
kembali kejayaan Islam, Selain kembali kepada AL-Qur’an dan As-Sunnah. Kembali
mengkajinya. Melahirkan kembali Intelektual-Intelektual Qur’ani yang siap
merealisasikan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam kehidupannya. Hasanuddin Qur’an
Community merupakan salah satu usaha dan wasilah yang akan bergerak melahirkan
Intelektual-intelektual Qur’ani, mewujudkan generasi Rabbani yang akan menjadi
sumbu-sumbu bagi kebangkitan Islam yang Insya
Allah tidak akan lama lagi.
Tentu kita tidak ingin pengalaman
kelam ketika bangsa Indonesia dibawah penjajahan Kolonial Belanda terulang.
Dimana Pihak Kolonial melarang para ulama, santri, dan masyarakat melakukan
pengkajian Al-Qur’an dan Hadits secara langsung dalam bentuk Tafsir dan Syarah
(Penjelasan) Hadits. Dan hanya mengizinkan pembahasan-pembahasan Fiqh. Sebab
mereka memahami jika ummat Islam diberikan kesempatan untuk mengkaji Al-Qur’an
dan Hadits niscaya akan memahamkan ummat ini bahwa tidak ada yang perlu
ditakuti selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
dan membuka mata kita untuk melawan segala bentuk kezhaliman, penindasan dan
penjajahan yang terjadi. Sebab hakikatnya, Pergolakan yang terjadi diatas muka
bumi atas kesempurnaan Hikmah Allah Subhanahu
wa Ta’ala. bukan pertarungan kelas akan tetapi pergolakan antara Al-Haq
yang berdiri diatas Tauhid yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan dan
kebahagiaan di Dunia dan di Akhirat berhadapan dengan Al-Bathil Kebatilan yang
berdiri diatas Kesyirikan dengan metode
penindasan dan kezhaliman yang hanya akan berujung penyesalan di Dunia dan di
Akhirat.
Demikianlah Al-Qur’an yang mengandung
prinsip-prinsip agung dan sesuai dengan fitrah manusia telah menjadi rahmat
bagi alam semesta, menghadirkan perubahan dan perbaikan besar bagi kehidupan
manusia dalam segala bidang, Aqidah, Ibadah, dan Akhlaq, Sosial-Budaya,
Ekonomi-Politik hingga Ipteks. Tidak hanya di Dunia Semata akan tetapi hingga
kehidupan Akhirat kelak. Maka dengan itu kita dapat mengetahui Al-Qur’an
sebagai Kitab yang paling Berpengaruh yang pernah ada, Dan Siapakah yang
perkataannya lebih berpengaruh bagi jiwa-jiwa manusia kalau bukan Pencipta jiwa
itu sendiri. Semoga apa yang akan kita lakukan melalui Hasanuddin Qur’an
Community ini ini senantiasa mendapatkan petunjuk, pertolongan dan berkah dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam Bishawab.
Al Faqir ala afuwwu Rabbi
Muwahid Ummah
0 komentar:
Posting Komentar